Asal-usul ‘Sunah Malam Jumat’ untuk Hubungan Intim Suami-Istri

Tiap hari Kamis, biasanya istilah ‘Sunah Malam Jumat’ atau ‘Sunah Rosul’ muncul di media sosial. Di grup WhatsApp (WA), juga mungkin rame soal sebutan yang merujuk pada hubungan intim sami-istri ini.

Lebih “parah lagi”, ada perkataan yang dianggap hadits, bahwa hubungan suami-istri malam Jumat pahalanya sama dengan membunuh 100 bahkan 7000 Yahudi yang merupakan musuh Islam.

“Barangsiapa melakukan hubungan suami istri di malam Jumat (Kamis malam) maka pahalanya sama dengan membunuh 100 Yahudi. [Dalam “hadits” yang lain disebutkan sama dengan membunuh 1000 atau 7000 yahudi]

Itu bukan hadits. Tidak jelas asal-usulnya. Itu HOAX !!!

Istilah ‘Sunah Malam Jumat’ menguatan “dugaan” bahwa berhubungan suami-istri (jima’) pada malam Jumat hukumnya SUNAH. Benarkah? Dari mana asal-usul istilah ‘Sunah Malam Jumat’?

Lalu, bagaimana yang sebenarnya?

‘Ini penjelasannya:

وليس في السنة استحباب الجماع في ليال معينة كالاثنين أو الجمعة، ومن العلماء من استحب الجماع يوم الجمعة.

“Di dalam sunah tidak ada anjuran berhubungan seksual suami-istri di malam-malam tertentu, antara lain malam Senin atau malam Jumat. Tetapi ada segelintir ulama menyatakan anjuran hubungan seksual di malam Jumat” (Lihat Syekh Wahbah Az-Zuhayli, Al-Fiqhul Islami wa Adillatuh, cetakan kedua, 1985 M/1305, Beirut, Darul Fikr, juz 3 halaman 556).

Tidak dijelaskan lebih jauh tentang “segelintir ulama menyatakan anjuran hubungan seksual di malam Jumat“.

Yang jelas, tidak atau belum ditemukan ayat Alquran atau hadis sahih yang menunjukkan anjuran tersebut.

Asal-Usul ‘Sunah Malam Jumat”

Kemungkinan besar, istilah “sunah malam Jumat” dikaitkan dengan disunahkannya mandi besar di hari Jumat, sebelum sholat Jumat.

Hal itu dianggap “mengisyaratkan” anjuran hubungan intim suami-istri di malam Jumat,

Dari Aus bin Abi Aus ra, Nabi Saw bersabda,

من اغتسل يوم الجمعة وغسّل وغدا وابتكر ومشى ولم يركب ودنا من الإمام وأنصت ولم يلغ كان له بكل خطوة عمل سنة

“Barangsiapa yang mandi pada hari Jumat dan memandikan, dia berangkat pagi-pagi dan mendapatkan awal khotbah, dia berjalan dan tidak berkendaraan, dia mendekat ke imam, diam, serta berkonsentrasi mendengarkan khotbah, maka setiap langkah kakinya dinilai sebagaimana pahala amalnya setahun.” (H.R. Ahmad, An-Nasa’i, dan Ibnu Majah; dinilai sahih oleh Imam An-Nawawi dan Syekh Al-Albani).

Disebutkan dalam Aunul Ma’bud Syarh Sunan Abu Daud, ada sebagian ulama yang mengartikan kata “memandikan” (غسّل) dalam hadits di atas dengan “menggauli istri”, karena ketika seorang suami melakukan hubungan intim dengan istri, berarti, dia “memandikan” istrinya –yakni membuat istrinya wajib mandi junub seperti halnya sang suami. (Lihat Aunul Ma’bud, 2:8).

Hadits di atas jelas menyebutkan “sebelum shalat Jumat”, artinya setelah Subuh, bukan malam Jumat.

Jadi, anjuran melakukan hubungan intim itu untuk hari Jumat, dilakukan sebelum berangkat shalat Jumat di siang hari, bukan di malam Jumat, karena batas awal waktu mandi untuk shalat Jumat adalah setelah terbit fajar hari Jumat.

Demikian dijelaskan Ustadz Abdullah Zaen seperti dilansir dari konsultasikonsultasisyariah.com yang mengatakan belum pernah menemukan ayat Al-Quran atau hadis sahih yang menunjukkan anjuran hubungan seks di malam Jumat.

Sunah Malam Jumat yang Sebenarnya

Sunah Malam Jumat yang sebenarnya (tanpa tanda kutip) adalah membaca Al-Quran Surat Al-Kahfi dan memperbanyak baca doa dan sholawat, sebagaimana hadits-hadits berikut ini:

“Perbanyaklah shalawat kepadaku setiap hari Jumat karena shalawatnya umatku akan dipersembahkan untukku pada hari Jumat, maka barangsiapa yang paling banyak bershalawat kepadaku, dia akan paling dekat derajatnya denganku” (HR. Baihaqi)

“Barangsiapa membaca surat Al-Kahfi pada hari Jumat akan diberikan cahaya baginya diantara dua Jumat” (HR. Al Hakim).

Hadits di atas menyebutkan Hari Jumat. Dalam perhitungan kalender Islam (Hijriyah), awal hari itu adalah ketika sudah masuk waktu Sholat Maghrib.*

 

Tulis Komentar