Tag Archives: Islam

Alasan & Motif Deddy Corbuzier Masuk Islam

Deddy Corbuzier masuk Islam. Pembawa acara itu menegaskan dirinya masuk Islam karena mendapat hidayah dari Allah.

“Saya masuk Islam tidak ada yang menyuruh, tidak karena satu tujuan, banyak yang tanya apa karena mau nikah? Enggak, saya pindah karena hidayah,” kata Deddy saat ditemui usai mengunjungi Kyai Ma’ruf Amien di Jakarta Pusat pada Jumat. Continue reading

Apa dan Siapa Itu Wahabi?

Apa artinya wahabi, wahabiyah, atau wahabisme? Apa Pengertian Wahabi yang Sebenarnya?

Istilah atau kata wahabi tidak ada dalam kamus bahasa Indonesia (KBBI).

Istilah wahabi hanya dikenal di kamus bahasa Inggris, termasuk Wikipedia dengan istilah Wahabism ( الوهابية‎, al-Wahhābiya) yang disebut sebagai “aliran pemikiran yang didirikan Muhammad bin Abdul Wahab”. Continue reading

Berhiburlah! Karena Hati Pun Bisa Bosan

Islam adalah agama realis, tidak tenggelam dalam dunia khayal dan lamunan. Tetapi Islam berjalan bersama manusia di atas dunia realita dan alam kenyataan.

Islam tidak memperlakukan manusia sebagai Malaikat yang bersayap dua, tiga dan empat. Tetapi Islam memperlakukan manusia sebagai manusia yang suka makan dan berjalan di pasar-pasar.

Justru itu Islam tidak mengharuskan manusia supaya dalam seluruh percakapannya itu berupa zikir, diamnya itu berarti berfikir, seluruh pendengarannya hanya kepada al-Quran dan seluruh senggangnya harus di masjid.

Islam mengakui fitrah dan instink manusia sebagai makhluk yang dicipta Allah, di mana Allah membuat mereka sebagai makhluk yang suka bergembira, bersenang-senang, ketawa, dan bermain-main, sebagaimana mereka dicipta suka makan dan minum.

Rasulullah Saw dan para sahabat juga biasa bergurau, tertawa, bermain-main, dan berkata yang ganjil-ganjil, karena mereka mengetahui akan kebutuhan jiwanya dan ingin memenuhi panggilan fitrah serta hendak memberikan hak hati untuk beristirahat dan bergembira, agar dapat melangsungkan perjalanannya dalam menyusuri aktivitasnya. Sebab aktivitas hidupnya itu masih panjang.

Ali bin Abu Talib pernah berkata: “Sesungguhnya hati itu bisa bosan seperti badan. Oleh karena itu, carilah segi-segi kebijaksanaan demi kepentingan hati.”

Katanya pula: “Istirahatkanlah hatimu sekedarnya, sebab hati itu apabila tidak suka, bisa buta.”

Abu Darda’ berkata: “Sungguh hatiku akan kuisi dengan sesuatu yang kosong, supaya lebih dapat membantu untuk menegakkan yang hak.”

Oleh karena itu, tidak salah kalau seorang Muslim bergurau dan bermain-main yang kiranya dapat melapangkan hati. Tidak juga salah kalau seorang Muslim menghibur dirinya dan rekan-rekannya dengan suatu hiburan yang mubah, dengan syarat kiranya hiburannya itu tidak menjadi kebiasaan dan perangai dalam seluruh waktunya, yaitu setiap pagi dan petang selalu dipenuhi dengan hiburan, sehingga dapat melupakan kewajiban dan melemahkan aktivitasnya.

Maka tepatlah pepatah yang mengatakan: “Campurlah pembicaraan itu dengan sedikit bermain-main (humor), seperti makanan yang dicampur dengan sedikit garam.”

Dalam bermain-main itu, seorang muslim tidak diperkenankan menjadikan harga diri dan identitas seseorang sebagai sasaran permainannya.

“Hai orang-orang yang beriman! Jangan ada satu kaum merendahkan kaum lain sebab barangkali mereka (yang direndahkan itu) lebih baik dari mereka (yang merendahkan).” (al-Hujurat: 11)

Tidak juga diperkenankan dalam berguraunya itu untuk ditertawakan orang lain, dengan menjadikan kedustaan sebagai wasilah. Sebab Rasulullah telah memperingatkan dengan sabdanya sebagai berikut: “Celakalah orang yang beromong suatu omongan supaya ditertawakan orang lain, kemudian dia berdusta. Celakalah dia! Celakalah dia!” (Riwayat Tarmizi).

Sumber: Halal dan Haram dalam Islam oleh Syekh Muhammad Yusuf Qardhawi. Penerbit: PT. Bina Ilmu, 1993.

KEWAJIBAN MUSLIM TERHADAP AGAMANYA

Mengacu pada QS. Al-‘Ashr, ulama menyebutkan ada 5 kewajiban kaum Muslim terhadap agamanya (Islam): Iman, ilmu, amal, dakwah, dan jihad. Mengimani Islam, mendalami ilmunya, mengamalkannya, mendakwahkannya, dan membelanya.

Dakwah dan jihad (bela Islam) tidak mesti selalu dengan terjun langsung seperti para da’i dan mujahid di medan juang, tapi juga dengan membantu persiapan dan dukungan moral & material/dana kepada lembaga-lembaga dakwah dan jihad fi sabilillah.

“Barangsiapa yang membantu orang yang berjuang, maka sesungguhnya dia telah berjuang. Dan barangsiapa yang menanggung keluarganya dengan kebaikan, maka sesungguhnya dia telah berperang” (HR Bukhari & Muslim).

Berjuang mendakwahkan dan membela Islam bisa dilakukan dengan ragam cara, dengan harta, jiwa, juga lisan.

“Perangilah orang-orang musyrik dengan harta kalian, jiwa kalian dan lisan kalian” (HR Abu Daud dan Al-Hakim dari Anas). Wallahu a’lam.*